Jumat, 27 April 2012

Inilah Ciri-ciri Dajjal Menurut Rasulullah SAW

♥ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim ♥

1. Dari Nawas bin Sam'an, pada suatu hari Rasulullah SAW berbicara mengenai Dajjal. Kata beliau, ''Dajjal pemuda berambut keriting, matanya pecak. Aku le...bih condong mengatakannya serupa dengan Abdul Uzza bin Qathan. Barangsiapa di antara kamu bertemu dengan dia, bacakan kepadanya permulaan suat Al-Kahfi. Dia akan muncul di suatu tempat yang sunyi antara Syam (Suriah) dan Irak, lalu merusakan ke kiri dan ke kanan. Wahai hamba Allah, karena itu teguhkan pendirianmu.

Tanya kami, ''Berapa lama dia tinggal di bumi?'' Jawab Rasulullah, ''Empat puluh hari, sehari seperti setahun, sehari seperti sebulan, sehari seperti sepekan, dan selebihnya seperti hari-hari kami sekarang.'' Tanya kami, ''Ya Rasulullah, ketika sehari seperti setahun, cukupkah kalau kami shalat seperti shalat kami sekarang?'' Jawab beliau, ''Tidak. Tetapi hitunglah bagaimana pantasnya.'' Tanya kami, ''Berapa kecepatannya berjalan di bumi?'' Jawab beliau, ''Seperti hujan ditiup angin...'' (HR At-Tirmidzi).

2. Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, ''Tidak ada seorang nabi melainkan dia mengingatkan umatnya supaya waspada terhadap si pecak, pembohong besar. Ketahuilah dia pecak, sedankan Tuhanmu tidak pecak. Antara kedua matanya tertulis: kafir.'' (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

3. Dari Huzaifah bin Yaman, Rasulullah bersabda, ''Dajjal matanya tertutup oleh selapis daging tebal. Antara keduanya tertulis 'kafir' yang dapat dibaca oleh setiap mukmin, baik yang tahu baca tulis atau yang tidak.'' (HR Ibnu Majah). Sumber: Ensiklopedi Islam
Redaktur: Heri Ruslan

Sumber : Republika | Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ....
______________________________________________________
Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat.
Silakan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun.
semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Aamiin Ya rabbal 'alamiin |

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa atuubu Ilaik ...

wanita


|WANITA ITU IBARAT BUNGA |

Yang jika kasar dalam memperlakukannya akan merusak keindahannya,menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri,ia ibarat selembar sutra yg mudah robek oleh terpaan badai.terombang ambing oleh hempasan angin dan basah kuyup meski oleh setitik air,oleh karenanya,jangan biarkan hatinya robek terluka karena ucapan yg menyakitkan karena hatinya begitu lemb...ut,jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dgn menawarkan setangkup ketenangan dan ketentraman,sebaiknya tdk sekali-kali membuatnya menangis oleh sikap yg mengecewakan,karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski airnya tak membasahi kelopak matanya.

| WANITA ITU MUTIARA |

Orang perlu menyeram jauh ke dasarnya utk mendapatkan kecantikan sesungguhnya,karenanya,melihat dgn tanpa membuka tabir hatinya niscaya hanya semu sesaat yg seringkali mampu mengelabui mata,orang perlu berjuang menyusur ombak,menahan arus dan menantang semua bahayanya utk bisa meraihnya,dan tentu utk itu,orang harus memiliki bekal yg cukup sehingga layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu.

(♥ Subhanallah & Semoga Bermanfaat ♥)
- Silahkan Di Share / Bagikan Sahabat Muslim -

Sabtu, 14 April 2012

tanda-tanda kiamat

Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Akan terjadi fitnah di saat orang yang duduk lebih baik (selamat) daripada orang yang berdiri. Dan orang yang berdiri, lebih baik (selamat) dari orang yang berjalan. Sedangkan orang yang berjalan, lebih selamat dari orang yang berlari. Dan siapa yang mengintainya akan disambar (ditangkap) olehnya, maka siapa yang mendapatkan tempat berlindung daripadanya, maka hendaklah berlindung di tempat itu.” (HR. Bukhari-Muslim)
.

Saat dunia tak ada lagi tempat bernaung. Saat tiap sudut sirna sudah sebagai tempat berlabuh. Dan tiap insan tak tahu harus kemana berteduh. Itulah hari akhir. Hari Allah, dan hari di mana Allah membalas semua perbuatan-perbuatan kita selama di dunia. Baik amal terpuji, maupun amal tercela. Baik orang miskin, pun orang kaya.

Tak ada lagi kesenjangan sosial di hari itu, sebab semua manusia disibukkan bukan oleh hartanya namun oleh amalan-amalannya. Sejak saat itulah manusia dibalas sesuai apa yang ia perbuat, amalan-amalan dengan nilai pahala dan dosa yang kecil maupun besar.

Sebelum memasuki Kiamat Kubra, manusia dihadapkan oleh tanda-tanda kiamat. Tanda-tanda kiamat pun variatif. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda, yakni: Pertama, asap. Kedua, Dajjal. Tiga, binatang melata di bumi. Empat, terbitnya matahari sebelah barat. Lima, turunnya Nabi Isa AS. Enam, keluarnya Yakjuj dan Makjuj. Tujuh, gerhana di timur. Delapan, gerhana di barat. Sembilan, gerhana di jazirah Arab dan terakhir, keluarnya api dari Kota Yaman dan menghalau manusia ke tempat penggiringan mereka."

Pertama, Dajjal. Maksudnya ialah bahaya besar yang tidak ada bahaya sepertinya sejak Nabi Adam AS sampai hari kiamat. Dajjal dapat membuat apa saja perkara-perkara yang luar biasa. Dia akan mendakwa dirinya Tuhan, sebelah matanya buta dan di antara kedua matanya tertulis perkataan 'kafir'.

Tanda kedua, asap akan memenuhi timur dan barat, ia akan berlaku selama 40 hari. Apabila orang yang beriman terkena asap itu, ia akan bersin seperti terkena selesma, sementara orang kafir keadaannya seperti orang mabuk. Asap akan keluar dari hidung, telinga dan dubur mereka.

Tanda ketiga, yakni keluarnya binatang melata yang dikenali sebagai Dabatul Ardh ini akan keluar di Kota Makkah dekat gunung Shafa. Ia akan berbicara dengan kata-kata yang fasih dan jelas. Dabatul Ardh ini akan membawa tongkat Nabi Musa AS dan cincin Nabi Sulaiman AS. Apabila binatang ini memukulkan tongkatnya ke dahi orang yang beriman, maka akan tertulislah di dahi orangitu 'Ini adalah orang yang beriman'. Apabila tongkat itu dipukul ke dahi orang yang kafir, maka akan tertulislah 'Ini adalah orang kafir'.

Tanda keempat, yaitu turunnya Nabi Isa AS di negeri Syam di menara putih. Beliau akan membunuh Dajjal. Kemudian Nabi Isa AS akan menjalankan syariat Nabi Muhammad SAW. Yakjuj dan Makjuj juga akan keluar, mereka ini merupakan dua golongan. Satu golongan kecil dan satu lagi golongan besar. Yakjuj dan Makjuj itu kini berada di belakang bendungan yang dibangun oleh Iskandar Zulqarnain.

Sejalan dengan tanda-tanda tersebut, Rasulullah SAW bersabda dalam hadits lain, "Hari kiamat itu mempunyai tanda, bermulanya dengan tidak laris jualan di pasar, sedikit saja hujan dan begitu juga dengan tumbuh-tumbuhan. Ghibah menjadi-jadi dan merata-rata, memakan riba, banyaknya anak-anak zina, orang kaya diagung-agungkan, orang-orang fasik akan bersuara lantang di masjid, para ahli mungkar lebih banyak menonjol dari ahli haq."

Allah SWT berfirman, “Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan Hari Kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Hari Kiamat sudah datang?” (QS. Muhammad: 18).

Allah telah memberikan kunci rahasia pada kita, bahwa kiamat akan datang tiba-tiba, tanpa kompromi, dan tiadalah yang mengetahui kapan kiamat itu terjadi, sekalipun Jibril yang senantiasa setia pada Allah. Oleh karenanya, karena kiamat itu tiba-tiba, maka Allah mempersilakan kita untuk memperbaiki amal ibadah. Wallahua’lam bishshawwab.

Hati Seorang Wanita ketika Menangis Di Hadapanmu

♥ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim ♥

Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.Allahu
mma Shalli wa Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa Ala aali Sayyidina Muhammadin fi Kulli Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi Kulli Ma'lu Mil Lak.

`*•Yaa Rabbi•*´¯)Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhumღAmiin ya Rabbal'alamin.

Bila seorang wanita itu menangis di hadapanmu,itu bererti dia tak dapat menahannya lagi.

Bila kamu memegang tangannya saat dia menangis,dia akan tinggal bersamamu sepanjang hidupmu.

Bila kamu membiarkannya pergi,dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi dirinya yang dulu.

Selamanya….Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,Kecuali di depan orang yang amat dia sayangi.

Dia menjadi lemah.Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,hanya jika dia sangat menyayangimu,tiada lagi rasa egonya,

Lelaki,bila seorang wanita pernah menangis kerana dirimu,tolong pegang tangannya dengan pengertian.dia adalah orang yang akan tetap bersamamu sepanjang hidupmu.

Lelaki,Bila seorang wanita menangis keranamu.tolong jangan mempersiakannya.Mungkin kerana keputusanmu,kau merosakkan kehidupannya.Saat dia menangis di depanmu,Saat dia menangis keranamu,lihatlah matanya….dapatkah kau lihat dan rasakan sakit yang dirasakannya?

Fikirkan….Wanita mana lagi yang akan menangis dengan murni,penuh rasa sayang,di depanmu dan kerana dirimu..

Dia menangis bukan kerana dia lemah,dia menangis bukan kerana dia menginginkan simpati atau rasa kasihan.

Dia menangis,kerana menangis dengan diam-diam sudah tidak mampu bagi dirinya.

Lelaki,fikirkanlah tentang hal itu.bika seorang wanita menangisi hatinya untukmu,dan semuanya kerana dirimu.

Inilah waktunya untuk melihat apa yang telah kau lakukan untuknya.

Hanya kau yang tahu jawabannya..Pertimbangkanlah,kerana suatu hari nanti mungkin akan terlambat untuk menyesal,mungkin akan terlambat untuk mohon ‘MAAF’!!

Jaga dan cintailah ia sewaktu ia takut dan sendiri,Hapuslah air matanya,ketika ia merintih dan menangis,Buatlah ia tersenyum,di saat ia bersedih dan kecewa

Rasakanlah kesedihannya,ketika ia berduka dan janganlah kau membuat hatinya hancur dan terluka,karena pada suatu saat nanti engkau akan sadar, betapa pentingnya ia saat ia telah pergi dari hatimu untuk selamanya

♥ Semoga Bermanfaat ♥
Hak cipta adalah milik Allah SWT semata.Ilmu adalah amanat Allah yg harus disampaikan kepada Ummah...kami hanya menyampaikan apa yg kami miliki

Sungguh bahagia insan yang telah menemukan cinta sejatinya.. ibarat tasbih & benang pengikatnya.. terajut menjadi satu untaian yang selalu disentuh satu demi satu oleh insan mulia yang bibirnya basah akan cinta kepada Rabb-Nya

Barakallaahu fiykum wa jazzakumullah khoir

♥ SaLam Santun Ukhuwah ♥

Semoga apa yang telah disampaikan ini ada manfaatnya,

Senin, 09 April 2012

Kimya Sang Putri Rumi

http://img.bukabuku.com/wm.php?i=kimya.jpg Nie Novel berbahasa INDONESIA Sinopsis Buku: Menceritakan tentang seorang gadis, bernama Kimya, yang masa kecilnya hidup di pegunungan Taurus bersama ke...

Minggu, 08 April 2012

Diabetes Mellitus (DM)

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.

  • Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

  • Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

    Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

    1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
    2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
    3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
    4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
    5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
    6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
    7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
    8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
    9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
    10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

    Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.

    Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.

  • Tipe Penyakit Diabetes Mellitus

  • 1. Diabetes mellitus tipe 1
    Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.

    Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.

    2. Diabetes mellitus tipe 2
    Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

    Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.

  • Kadar Gula Dalam Darah

  • Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.

    Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.

    Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.

    Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya.

  • Pengobatan dan Penanganan Penyakit Diabetes

  • Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).

    Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

    Rabu, 04 April 2012

    kepergianmu

    detik, menit, jam,, dan hari-hari berikut..
    akan kujalani hari tanpamu
    kau yg kukasihi...

    angan-angankuu pun terkubur
    bersama dengan rasa sayangkuu kepadamu

    namamuu
    senyummuu
    perhatianmuuu
    hanya tinggal sebuah kenangan yang terindahhhh untukku

    tak  ku sangka....
    saat pertama melihatmu..
    adalahh saat teerakhirkuu pula melihat muu

    derita yg ku alami saat ini...
    batinkuu tersayat-sayat
    beggituu perih
    begituu menyakitkan


    ingin mengaduuu,, kepada siapa??




    NQM









    Selasa, 03 April 2012

    Laila dan Majnun

    Alkisah, seorang kepala suku Bani Umar di Jazirah Arab memiIiki segala macam yang
    diinginkan orang, kecuali satu hal bahwa ia tak punya seorang anakpun. Tabib-tabib di desa
    itu menganjurkan berbagai macam ramuan dan obat, tetapi tidak berhasil. Ketika semua
    usaha tampak tak berhasil, istrinya menyarankan agar mereka berdua bersujud di hadapan
    Tuhan dan dengan tulus memohon kepada Allah swt memberikan anugerah kepada mereka
    berdua. "Mengapa tidak?" jawab sang kepala suku. "Kita telah mencoba berbagai macam
    cara. Mari, kita coba sekali lagi, tak ada ruginya."
    Mereka pun bersujud kepada Tuhan, sambil berurai air mata dari relung hati mereka yang
    terluka. "Wahai Segala Kekasih, jangan biarkan pohon kami tak berbuah. Izinkan kami
    merasakan manisnya menimang anak dalam pelukan kami. Anugerahkan kepada kami
    tanggung jawab untuk membesarkan seorang manusia yang baik. Berikan kesempatan
    kepada kami untuk membuat-Mu bangga akan anak kami."
    Tak lama kemudian, doa mereka dikabulkan, dan Tuhan menganugerahi mereka seorang
    anak laki-laki yang diberi nama Qais. Sang ayah sangat berbahagia, sebab Qais dicintai oleh
    semua orang. Ia tampan, bermata besar, dan berambut hitam, yang menjadi pusat perhatian
    dan kekaguman. Sejak awal, Qais telah memperlihatkan kecerdasan dan kemampuan fisik
    istimewa. Ia punya bakat luar biasa dalam mempelajari seni berperang dan memainkan
    musik, menggubah syair dan melukis.
    Ketika sudah cukup umur untuk masuk sekolah, ayahnya memutuskan membangun sebuah
    sekolah yang indah dengan guru-guru terbaik di Arab yang mengajar di sana , dan hanya
    beberapa anak saja yang belajar di situ. Anak-anak lelaki dan perempuan dan keluarga
    terpandang di seluruh jazirah Arab belajar di sekolah baru ini.
    Di antara mereka ada seorang anak perempuan dari kepala suku tetangga. Seorang gadis
    bermata indah, yang memiliki kecantikan luar biasa. Rambut dan matanya sehitam malam;
    karena alasan inilah mereka menyebutnya Laila-"Sang Malam". Meski ia baru berusia dua
    belas tahun, sudah banyak pria melamarnya untuk dinikahi, sebab-sebagaimana lazimnya
    kebiasaan di zaman itu, gadis-gadis sering dilamar pada usia yang masih sangat muda, yakni
    sembilan tahun.
    Laila dan Qais adalah teman sekelas. Sejak hari pertama masuk sekolah, mereka sudah
    saling tertarik satu sama lain. Seiring dengan berlalunya waktu, percikan ketertarikan ini
    makin lama menjadi api cinta yang membara. Bagi mereka berdua, sekolah bukan lagi
    tempat belajar. Kini, sekolah menjadi tempat mereka saling bertemu. Ketika guru sedang
    mengajar, mereka saling berpandangan. Ketika tiba waktunya menulis pelajaran, mereka
    justru saling menulis namanya di atas kertas. Bagi mereka berdua, tak ada teman atau
    kesenangan lainnya. Dunia kini hanyalah milik Qais dan Laila.
    Mereka buta dan tuli pada yang lainnya. Sedikit demi sedikit, orang-orang mulai mengetahui
    cinta mereka, dan gunjingan-gunjingan pun mulai terdengar. Di zaman itu, tidaklah pantas
    seorang gadis dikenal sebagai sasaran cinta seseorang dan sudah pasti mereka tidak akan
    menanggapinya. Ketika orang-tua Laila mendengar bisik-bisik tentang anak gadis mereka,
    mereka pun melarangnya pergi ke sekolah. Mereka tak sanggup lagi menahan beban malu
    pada masyarakat sekitar.
    Ketika Laila tidak ada di ruang kelas, Qais menjadi sangat gelisah sehingga ia meninggalkan
    sekolah dan menyelusuri jalan-jalan untuk mencari kekasihnya dengan memanggil-manggil
    namanya. Ia menggubah syair untuknya dan membacakannya di jalan-jalan. Ia hanya
    berbicara tentang Laila dan tidak juga menjawab pertanyaan orang-orang kecuali bila mereka
    bertanya tentang Laila. Orang-orang pun tertawa dan berkata, " Lihatlah Qais , ia sekarang
    telah menjadi seorang majnun, gila!"
    Akhirnya, Qais dikenal dengan nama ini, yakni “Majnun”. Melihat orang-orang dan
    mendengarkan mereka berbicara membuat Majnun tidak tahan. Ia hanya ingin melihat dan
    berjumpa dengan Laila kekasihnya. Ia tahu bahwa Laila telah dipingit oleh orang tuanya di
    rumah, yang dengan bijaksana menyadari bahwa jika Laila dibiarkan bebas bepergian, ia
    pasti akan menjumpai Majnun.
    Majnun menemukan sebuah tempat di puncak bukit dekat desa Laila dan membangun
    sebuah gubuk untuk dirinya yang menghadap rumah Laila. Sepanjang hari Majnun dudukduduk
    di depan gubuknya, disamping sungai kecil berkelok yang mengalir ke bawah menuju
    desa itu. Ia berbicara kepada air, menghanyutkan dedaunan bunga liar, dan Majnun merasa
    yakin bahwa sungai itu akan menyampaikan pesan cintanya kepada Laila. Ia menyapa
    burung-burung dan meminta mereka untuk terbang kepada Laila serta memberitahunya
    bahwa ia dekat.
    Ia menghirup angin dari barat yang melewati desa Laila. Jika kebetulan ada seekor anjing
    tersesat yang berasal dari desa Laila, ia pun memberinya makan dan merawatnya,
    mencintainya seolah-olah anjing suci, menghormatinya dan menjaganya sampai tiba saatnya
    anjing itu pergi jika memang mau demikian. Segala sesuatu yang berasal dari tempat
    kekasihnya dikasihi dan disayangi sama seperti kekasihnya sendiri.
    Bulan demi bulan berlalu dan Majnun tidak menemukan jejak Laila. Kerinduannya kepada
    Laila demikian besar sehingga ia merasa tidak bisa hidup sehari pun tanpa melihatnya
    kembali. Terkadang sahabat-sahabatnya di sekolah dulu datang mengunjunginya, tetapi ia
    berbicara kepada mereka hanya tentang Laila, tentang betapa ia sangat kehilangan dirinya.
    Suatu hari, tiga anak laki-laki, sahabatnya yang datang mengunjunginya demikian terharu
    oleh penderitaan dan kepedihan Majnun sehingga mereka bertekad membantunya untuk
    berjumpa kembali dengan Laila. Rencana mereka sangat cerdik. Esoknya, mereka dan
    Majnun mendekati rumah Laila dengan menyamar sebagai wanita. Dengan mudah mereka
    melewati wanita-wanita pembantu dirumah Laila dan berhasil masuk ke pintu kamarnya.
    Majnun masuk ke kamar, sementara yang lain berada di luar berjaga-jaga. Sejak ia berhenti
    masuk sekolah, Laila tidak melakukan apapun kecuali memikirkan Qais. Yang cukup
    mengherankan, setiap kali ia mendengar burung-burung berkicau dari jendela atau angin
    berhembus semilir, ia memejamkan.matanya sembari membayangkan bahwa ia mendengar
    suara Qais didalamnya. Ia akan mengambil dedaunan dan bunga yang dibawa oleh angin
    atau sungai dan tahu bahwa semuanya itu berasal dari Qais. Hanya saja, ia tak pernah
    berbicara kepada siapa pun, bahkan juga kepada sahabat-sahabat terbaiknya, tentang
    cintanya.
    Pada hari ketika Majnun masuk ke kamar Laila, ia merasakan kehadiran dan kedatangannya.
    Ia mengenakan pakaian sutra yang sangat bagus dan indah. Rambutnya dibiarkan lepas
    tergerai dan disisir dengan rapi di sekitar bahunya. Matanya diberi celak hitam, sebagaimana
    kebiasaan wanita Arab, dengan bedak hitam yang disebut surmeh. Bibirnya diberi lipstick
    merah, dan pipinya yang kemerah-merahan tampak menyala serta menampakkan
    kegembiraannya. Ia duduk di depan pintu dan menunggu.
    Ketika Majnun masuk, Laila tetap duduk. Sekalipun sudah diberitahu bahwa Majnun akan
    datang, ia tidak percaya bahwa pertemuan itu benar-benar terjadi. Majnun berdiri di pintu
    selama beberapa menit, memandangi, sepuas-puasnya wajah Laila. Akhirnya, mereka
    bersama lagi! Tak terdengar sepatah kata pun, kecuali detak jantung kedua orang yang
    dimabuk cinta ini. Mereka saling berpandangan dan lupa waktu.
    Salah seorang wanita pembantu di rumah itu melihat sahabat-sahabat Majnun di luar kamar
    tuan putrinya. Ia mulai curiga dan memberi isyarat kepada salah seorang pengawal. Namun,
    ketika ibu Laila datang menyelidiki, Majnun dan kawan-kawannya sudah jauh pergi. Sesudah
    orang-tuanya bertanya kepada Laila, maka tidak sulit bagi mereka mengetahui apa yang
    telah terjadi. Kebisuan dan kebahagiaan yang terpancar dimatanya menceritakan segala
    sesuatunya.
    Sesudah terjadi peristiwa itu, ayah Laila menempatkan para pengawal di setiap pintu di
    rumahnya. Tidak ada jalan lain bagi Majnun untuk menghampiri rumah Laila, bahkan dari
    kejauhan sekalipun. Akan tetapi jika ayahnya berpikiran bahwa, dengan bertindak hati-hati ini
    ia bisa mengubah perasaan Laila dan Majnun, satu sama lain, sungguh ia salah besar.
    Ketika ayah Majnun tahu tentang peristiwa di rumah Laila, ia memutuskan untuk mengakhiri
    drama itu dengan melamar Laila untuk anaknya. Ia menyiapkan sebuah kafilah penuh
    dengan hadiah dan mengirimkannya ke desa Laila. Sang tamu pun disambut dengan sangat
    baik, dan kedua kepala suku itu berbincang-bincang tentang kebahagiaan anak-anak mereka.
    Ayah Majnun lebih dulu berkata, "Engkau tahu benar, kawan, bahwa ada dua hal yang sangat
    penting bagi kebahagiaan, yaitu “Cinta dan Kekayaan”.
    Anak lelakiku mencintai anak perempuanmu, dan aku bisa memastikan bahwa aku sanggup
    memberi mereka cukup banyak uang untuk mengarungi kehidupan yang bahagia dan
    menyenangkan. Mendengar hal itu, ayah Laila pun menjawab, "Bukannya aku menolak Qais.
    Aku percaya kepadamu, sebab engkau pastilah seorang mulia dan terhormat," jawab ayah
    Laila. "Akan tetapi, engkau tidak bisa menyalahkanku kalau aku berhati-hati dengan anakmu.
    Semua orang tahu perilaku abnormalnya. Ia berpakaian seperti seorang pengemis. Ia pasti
    sudah lama tidak mandi dan iapun hidup bersama hewan-hewan dan menjauhi orang banyak.
    “Tolong katakan kawan, jika engkau punya anak perempuan dan engkau berada dalam
    posisiku, akankah engkau memberikan anak perempuanmu kepada anakku?"
    Ayah Qais tak dapat membantah. Apa yang bisa dikatakannya? Padahal, dulu anaknya
    adalah teladan utama bagi kawan-kawan sebayanya? Dahulu Qais adalah anak yang paling
    cerdas dan berbakat di seantero Arab? Tentu saja, tidak ada yang dapat dikatakannya.
    Bahkan, sang ayahnya sendiri susah untuk mempercayainya. Sudah lama orang tidak
    mendengar ucapan bermakna dari Majnun. "Aku tidak akan diam berpangku tangan dan
    melihat anakku menghancurkan dirinya sendiri," pikirnya. "Aku harus melakukan sesuatu."
    Ketika ayah Majnun kembali pulang, ia menjemput anaknya, Ia mengadakan pesta makan
    malam untuk menghormati anaknya. Dalam jamuan pesta makan malam itu, gadis-gadis
    tercantik di seluruh negeri pun diundang. Mereka pasti bisa mengalihkan perhatian Majnun
    dari Laila, pikir ayahnya. Di pesta itu, Majnun diam dan tidak mempedulikan tamu-tamu
    lainnya. Ia duduk di sebuah sudut ruangan sambil melihat gadis-gadis itu hanya untuk
    mencari pada diri mereka berbagai kesamaan dengan yang dimiliki Laila.
    Seorang gadis mengenakan pakaian yang sama dengan milik Laila; yang lainnya punya
    rambut panjang seperti Laila, dan yang lainnya lagi punya senyum mirip Laila. Namun, tak
    ada seorang gadis pun yang benar-benar mirip dengannya, Malahan, tak ada seorang pun
    yang memiliki separuh kecantikan Laila. Pesta itu hanya menambah kepedihan perasaan
    Majnun saja kepada kekasihnya. Ia pun berang dan marah serta menyalahkan setiap orang
    di pesta itu lantaran berusaha mengelabuinya.
    Dengan berurai air mata, Majnun menuduh orang-tuanya dan sahabat-sahabatnya sebagai
    berlaku kasar dan kejam kepadanya. Ia menangis sedemikian hebat hingga akhirnya jatuh ke
    lantai dalam keadaan pingsan. Sesudah terjadi petaka ini, ayahnya memutuskan agar Qais
    dikirim untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah dengan harapan bahwa Allah akan
    merahmatinya dan membebaskannya dari cinta yang menghancurkan ini.
    Di Makkah, untuk menyenangkan ayahnya, Majnun bersujud di depan altar Kabah, tetapi apa
    yang ia mohonkan? "Wahai Yang Maha Pengasih, Raja Diraja Para Pecinta, Engkau yang
    menganugerahkan cinta, aku hanya mohon kepada-Mu satu hal saja,”Tinggikanlah cintaku
    sedemikian rupa sehingga, sekalipun aku binasa, cintaku dan kekasihku tetap hidup."
    Ayahnya kemudian tahu bahwa tak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk anaknya.
    Usai menunaikan ibadah haji, Majnun yang tidak mau lagi bergaul dengan orang banyak di
    desanya, pergi ke pegunungan tanpa memberitahu di mana ia berada. Ia tidak kembali ke
    gubuknya. Alih-alih tinggal dirumah, ia memilih tinggal direruntuhan sebuah bangunan tua
    yang terasing dari masyarakat dan tinggal didalamnya. Sesudah itu, tak ada seorang pun
    yang mendengar kabar tentang Majnun. Orang-tuanya mengirim segenap sahabat dan
    keluarganya untuk mencarinya. Namun, tak seorang pun berhasil menemukannya. Banyak
    orang berkesimpulan bahwa Majnun dibunuh oleh binatang-binatang gurun sahara. Ia bagai
    hilang ditelan bumi.
    Suatu hari, seorang musafir melewati reruntuhan bangunan itu dan melihat ada sesosok aneh
    yang duduk di salah sebuah tembok yang hancur. Seorang liar dengan rambut panjang
    hingga ke bahu, jenggotnya panjang dan acak-acakan, bajunya compang-camping dan
    kumal. Ketika sang musafir mengucapkan salam dan tidak beroleh jawaban, ia
    mendekatinya. Ia melihat ada seekor serigala tidur di kakinya. "Hus” katanya, 'Jangan
    bangunkan sahabatku." Kemudian, ia mengedarkan pandangan ke arah kejauhan.
    Sang musafir pun duduk di situ dengan tenang. Ia menunggu dan ingin tahu apa yang akan
    terjadi. Akhimya, orang liar itu berbicara. Segera saja ia pun tahu bahwa ini adalah Majnun
    yang terkenal itu, yang berbagai macam perilaku anehnya dibicarakan orang di seluruh
    jazirah Arab. Tampaknya, Majnun tidak kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan
    dengan binatang-binatang buas dan liar. Dalam kenyataannya, ia sudah menyesuaikan diri
    dengan sangat baik sehingga lumrah-lumrah saja melihat dirinya sebagai bagian dari
    kehidupan liar dan buas itu.
    Berbagai macam binatang tertarik kepadanya, karena secara naluri mengetahui bahwa
    Majnun tidak akan mencelakakan mereka. Bahkan, binatang-binatang buas seperti serigala
    sekalipun percaya pada kebaikan dan kasih sayang Majnun. Sang musafir itu mendengarkan
    Majnun melantunkan berbagai kidung pujiannya pada Laila. Mereka berbagi sepotong roti
    yang diberikan olehnya. Kemudian, sang musafir itu pergi dan melanjutkan petjalanannya.
    Ketika tiba di desa Majnun, ia menuturkan kisahnya pada orang-orang. Akhimya, sang kepala
    suku, ayah Majnun, mendengar berita itu. Ia mengundang sang musafir ke rumahnya dan
    meminta keteransran rinci darinya. Merasa sangat gembira dan bahagia bahwa Majnun
    masih hidup, ayahnya pergi ke gurun sahara untuk menjemputnya.
    Ketika melihat reruntuhan bangunan yang dilukiskan oleh sang musafir itu, ayah Majnun
    dicekam oleh emosi dan kesedihan yang luar biasa. Betapa tidak! Anaknya terjerembab
    dalam keadaan mengenaskan seperti ini. "Ya Tuhanku, aku mohon agar Engkau
    menyelamatkan anakku dan mengembalikannya ke keluarga kami," jerit sang ayah menyayat
    hati. Majnun mendengar doa ayahnya dan segera keluar dari tempat persembunyiannya.
    Dengan bersimpuh dibawah kaki ayahnya, ia pun menangis, "Wahai ayah, ampunilah aku
    atas segala kepedihan yang kutimbulkan pada dirimu. Tolong lupakan bahwa engkau pernah
    mempunyai seorang anak, sebab ini akan meringankan beban kesedihan ayah. Ini sudah
    nasibku mencinta, dan hidup hanya untuk mencinta." Ayah dan anak pun saling berpelukan
    dan menangis. Inilah pertemuan terakhir mereka.
    Keluarga Laila menyalahkan ayah Laila lantaran salah dan gagal menangani situasi putrinya.
    Mereka yakin bahwa peristiwa itu telah mempermalukan seluruh keluarga. Karenanya,
    orangtua Laila memingitnya dalam kamamya. Beberapa sahabat Laila diizinkan untuk
    mengunjunginya, tetapi ia tidak ingin ditemani. Ia berpaling kedalam hatinya, memelihara api
    cinta yang membakar dalam kalbunya. Untuk mengungkapkan segenap perasaannya yang
    terdalam, ia menulis dan menggubah syair kepada kekasihnya pada potongan-potongan
    kertas kecil. Kemudian, ketika ia diperbolehkan menyendiri di taman, ia pun menerbangkan
    potongan-potongan kertas kecil ini dalam hembusan angin. Orang-orang yang menemukan
    syair-syair dalam potongan-potongan kertas kecil itu membawanya kepada Majnun. Dengan
    cara demikian, dua kekasih itu masih bisa menjalin hubungan.
    Karena Majnun sangat terkenal di seluruh negeri, banyak orang datang mengunjunginya.
    Namun, mereka hanya berkunjung sebentar saja, karena mereka tahu bahwa Majnun tidak
    kuat lama dikunjungi banyak orang. Mereka mendengarkannya melantunkan syair-syair indah
    dan memainkan serulingnya dengan sangat memukau.
    Sebagian orang merasa iba kepadanya; sebagian lagi hanya sekadar ingin tahu tentang
    kisahnya. Akan tetapi, setiap orang mampu merasakan kedalaman cinta dan kasih
    sayangnya kepada semua makhluk. Salah seorang dari pengunjung itu adalah seorang
    ksatria gagah berani bernama 'Amar, yang berjumpa dengan Majnun dalam perjalanannya
    menuju Mekah. Meskipun ia sudah mendengar kisah cinta yang sangat terkenal itu di
    kotanya, ia ingin sekali mendengarnya dari mulut Majnun sendiri.
    Drama kisah tragis itu membuatnya sedemikian pilu dan sedih sehingga ia bersumpah dan
    bertekad melakukan apa saja yang mungkin untuk mempersatukan dua kekasih itu, meskipun
    ini berarti menghancurkan orang-orang yang menghalanginya! Kaetika Amr kembali ke kota
    kelahirannya, Ia pun menghimpun pasukannya. Pasukan ini berangkat menuju desa Laila dan
    menggempur suku di sana tanpa ampun. Banyak orang yang terbunuh atau terluka.
    Ketika pasukan 'Amr hampir memenangkan pertempuran, ayah Laila mengirimkan pesan
    kepada 'Amr, “Jika engkau atau salah seorang dari prajuritmu menginginkan putriku, aku
    akan menyerahkannya tanpa melawan. Bahkan, jika engkau ingin membunuhnya, aku tidak
    keberatan. Namun, ada satu hal yang tidak akan pernah bisa kuterima, jangan minta aku
    untuk memberikan putriku pada orang gila itu”. Majnun mendengar pertempuran itu hingga ia
    bergegas kesana. Di medan pertempuran, Majnun pergi ke sana kemari dengan bebas di
    antara para prajurit dan menghampiri orang-orang yang terluka dari suku Laila. Ia merawat
    mereka dengan penuh perhatian dan melakukan apa saja untuk meringankan luka mereka.
    Amr pun merasa heran kepada Majnun, ketika ia meminta penjelasan ihwal mengapa ia
    membantu pasukan musuh, Majnun menjawab, "Orang-orang ini berasal dari desa
    kekasihku. Bagaimana mungkin aku bisa menjadi musuh mereka?" Karena sedemikian
    bersimpati kepada Majnun, 'Amr sama sekali tidak bisa memahami hal ini. Apa yang
    dikatakan ayah Laila tentang orang gila ini akhirnya membuatnya sadar. Ia pun
    memerintahkan pasukannya untuk mundur dan segera meninggalkan desa itu tanpa
    mengucapkan sepatah kata pun kepada Majnun.
    Laila semakin merana dalam penjara kamarnya sendiri. Satu-satunya yang bisa ia nikmati
    adalah berjalan-jalan di taman bunganya. Suatu hari, dalam perjalanannya menuju taman,
    Ibn Salam, seorang bangsawan kaya dan berkuasa, melihat Laila dan serta-merta jatuh cinta
    kepadanya. Tanpa menunda-nunda lagi, ia segera mencari ayah Laila. Merasa lelah dan
    sedih hati karena pertempuran yang baru saja menimbulkan banyak orang terluka di
    pihaknya, ayah Laila pun menyetujui perkawinan itu.
    Tentu saja, Laila menolak keras. Ia mengatakan kepada ayahnya, "Aku lebih senang mati
    ketimbang kawin dengan orang itu." Akan tetapi, tangisan dan permohonannya tidak digubris.
    Lantas ia mendatangi ibunya, tetapi sama saja keadaannya. Perkawinan pun berlangsung
    dalam waktu singkat. Orangtua Laila merasa lega bahwa seluruh cobaan berat akhirnya
    berakhir juga.
    Akan tetapi, Laila menegaskan kepada suaminya bahwa ia tidak pernah bisa mencintainya.
    "Aku tidak akan pernah menjadi seorang istri," katanya. "Karena itu, jangan membuangbuang
    waktumu. Carilah seorang istri yang lain. Aku yakin, masih ada banyak wanita yang
    bisa membuatmu bahagia." Sekalipun mendengar kata-kata dingin ini, Ibn Salam percaya
    bahwa, sesudah hidup bersamanya beberapa waktu larnanya, pada akhirnya Laila pasti akan
    menerimanya. Ia tidak mau memaksa Laila, melainkan menunggunya untuk datang
    kepadanya.
    Ketika kabar tentang perkawinan Laila terdengar oleh Majnun, ia menangis dan meratap
    selama berhari-hari. Ia melantunkan lagu-Iagu yang demikian menyayat hati dan mengharu
    biru kalbu sehingga semua orang yang mendengarnya pun ikut menangis. Derita dan
    kepedihannya begitu berat sehingga binatang-binatang yang berkumpul di sekelilinginya pun
    turut bersedih dan menangis. Namun, kesedihannya ini tak berlangsung lama, sebab tiba-tiba
    Majnun merasakan kedamaian dan ketenangan batin yang aneh. Seolah-olah tak terjadi apaapa,
    ia pun terus tinggal di reruntuhan itu. Perasaannya kepada Laila tidak berubah dan
    malah menjadi semakin lebih dalam lagi.
    Dengan penuh ketulusan, Majnun menyampaikan ucapan selamat kepada Laila atas
    perkawinannya: “Semoga kalian berdua selalu berbahagia di dunia ini. Aku hanya meminta
    satu hal sebagai tanda cintamu, janganlah engkau lupakan namaku, sekalipun engkau telah
    memilih orang lain sebagai pendampingmu. Janganlah pernah lupa bahwa ada seseorang
    yang, meskipun tubuhnya hancur berkeping-keping, hanya akan memanggil-manggil
    namamu, Laila”.
    Sebagai jawabannya, Laila mengirimkan sebuah anting-anting sebagai tanda pengabdian
    tradisional. Dalam surat yang disertakannya, ia mengatakan, "Dalam hidupku, aku tidak bisa
    melupakanmu barang sesaat pun. Kupendam cintaku demikian lama, tanpa mampu
    menceritakannya kepada siapapun. Engkau memaklumkan cintamu ke seluruh dunia,
    sementara aku membakarnya di dalam hatiku, dan engkau membakar segala sesuatu yang
    ada di sekelilingmu” . “Kini, aku harus menghabiskan hidupku dengan seseorang, padahal
    segenap jiwaku menjadi milik orang lain. Katakan kepadaku, kasih, mana di antara kita yang
    lebih dimabuk cinta, engkau ataukah aku?.
    Tahun demi tahun berlalu, dan orang-tua Majnun pun meninggal dunia. Ia tetap tinggal di
    reruntuhan bangunan itu dan merasa lebih kesepian ketimbang sebelumnya. Di siang hari, ia
    mengarungi gurun sahara bersama sahabat-sahabat binatangnya. Di malam hari, ia
    memainkan serulingnya dan melantunkan syair-syairnya kepada berbagai binatang buas
    yang kini menjadi satu-satunya pendengarnya. Ia menulis syair-syair untuk Laila dengan
    ranting di atas tanah. Selang beberapa lama, karena terbiasa dengan cara hidup aneh ini, ia
    mencapai kedamaian dan ketenangan sedemikian rupa sehingga tak ada sesuatu pun yang
    sanggup mengusik dan mengganggunya.
    Sebaliknya, Laila tetap setia pada cintanya. Ibn Salam tidak pernah berhasil mendekatinya.
    Kendatipun ia hidup bersama Laila, ia tetap jauh darinya. Berlian dan hadiah-hadiah mahal
    tak mampu membuat Laila berbakti kepadanya. Ibn Salam sudah tidak sanggup lagi merebut
    kepercayaan dari istrinya. Hidupnya serasa pahit dan sia-sia. Ia tidak menemukan
    ketenangan dan kedamaian di rumahnya. Laila dan Ibn Salam adalah dua orang asing dan
    mereka tak pernah merasakan hubungan suami istri. Malahan, ia tidak bisa berbagi kabar
    tentang dunia luar dengan Laila.
    Tak sepatah kata pun pernah terdengar dari bibir Laila, kecuali bila ia ditanya. Pertanyaan ini
    pun dijawabnya dengan sekadarnya saja dan sangat singkat. Ketika akhirnya Ibn Salam jatuh
    sakit, ia tidak kuasa bertahan, sebab hidupnya tidak menjanjikan harapan lagi. Akibatnya,
    pada suatu pagi di musim panas, ia pun meninggal dunia. Kematian suaminya tampaknya
    makin mengaduk-ngaduk perasaan Laila. Orang-orang mengira bahwa ia berkabung atas
    kematian Ibn Salam, padahal sesungguhnya ia menangisi kekasihnya, Majnun yang hilang
    dan sudah lama dirindukannya.
    Selama bertahun-tahun, ia menampakkan wajah tenang, acuh tak acuh, dan hanya sekali
    saja ia menangis. Kini, ia menangis keras dan lama atas perpisahannya dengan kekasih
    satu-satunya. Ketika masa berkabung usai, Laila kembali ke rumah ayahnya. Meskipun
    masih berusia muda, Laila tampak tua, dewasa, dan bijaksana, yang jarang dijumpai pada diri
    wanita seusianya. Semen tara api cintanya makin membara, kesehatan Laila justru memudar
    karena ia tidak lagi memperhatikan dirinya sendiri. Ia tidak mau makan dan juga tidak tidur
    dengan baik selama bermalam-malam.
    Bagaimana ia bisa memperhatikan kesehatan dirinya kalau yang dipikirkannya hanyalah
    Majnun semata? Laila sendiri tahu betul bahwa ia tidak akan sanggup bertahan lama.
    Akhirnya, penyakit batuk parah yang mengganggunya selama beberapa bulan pun
    menggerogoti kesehatannya. Ketika Laila meregang nyawa dan sekarat, ia masih memikirkan
    Majnun. Ah, kalau saja ia bisa berjumpa dengannya sekali lagi untuk terakhir kalinya! Ia
    hanya membuka matanya untuk memandangi pintu kalau-kalau kekasihnya datang. Namun,
    ia sadar bahwa waktunya sudah habis dan ia akan pergi tanpa berhasil mengucapkan salam
    perpisahan kepada Majnun. Pada suatu malam di musim dingin, dengan matanya tetap
    menatap pintu, ia pun meninggal dunia dengan tenang sambil bergumam, Majnun…Majnun.
    .Majnun.
    Kabar tentang kematian Laila menyebar ke segala penjuru negeri dan, tak lama kemudian,
    berita kematian Lailapun terdengar oleh Majnun. Mendengar kabar itu, ia pun jatuh pingsan di
    tengah-tengah gurun sahara dan tetap tak sadarkan diri selama beberapa hari. Ketika
    kembali sadar dan siuman, ia segera pergi menuju desa Laila. Nyaris tidak sanggup berjalan
    lagi, ia menyeret tubuhnya di atas tanah. Majnun bergerak terus tanpa henti hingga tiba di
    kuburan Laila di luar kota . Ia berkabung dikuburannya selama beberapa hari.
    Ketika tidak ditemukan cara lain untuk meringankan beban penderitaannya, per1ahan-lahan
    ia meletakkan kepalanya di kuburan Laila kekasihnya dan meninggal dunia dengan tenang.
    Jasad Majnun tetap berada di atas kuburan Laila selama setahun. Belum sampai setahun
    peringatan kematiannya ketika segenap sahabat dan kerabat menziarahi kuburannya,
    mereka menemukan sesosok jasad terbujur di atas kuburan Laila. Beberapa teman
    sekolahnya mengenali dan mengetahui bahwa itu adalah jasad Majnun yang masih segar
    seolah baru mati kemarin. Ia pun dikubur di samping Laila. Tubuh dua kekasih itu, yang kini
    bersatu dalam keabadian, kini bersatu kembali.
    Konon, tak lama sesudah itu, ada seorang Sufi bermimpi melihat Majnun hadir di hadapan
    Tuhan. Allah swt membelai Majnun dengan penuh kasih sayang dan mendudukkannya disisi-
    Nya.Lalu, Tuhan pun berkata kepada Majnun, "Tidakkah engkau malu memanggil-manggil-
    Ku dengan nama Laila, sesudah engkau meminum anggur Cinta-Ku?"
    Sang Sufi pun bangun dalam keadaan gelisah. Jika Majnun diperlakukan dengan sangat baik
    dan penuh kasih oleh Allah Subhana wa ta’alaa, ia pun bertanya-tanya, lantas apa yang
    terjadi pada Laila yang malang ? Begitu pikiran ini terlintas dalam benaknya, Allah swt pun
    mengilhamkan jawaban kepadanya, "Kedudukan Laila jauh lebih tinggi, sebab ia
    menyembunyikan segenap rahasia Cinta dalam dirinya sendiri."

    Senin, 02 April 2012

    Pudarnya Pesona Cleopatra

    Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalan kandungan aku telah
    dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal.” Ibunya Raihana adalah teman karib
    ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu” kata ibu.
    “Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh
    tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu” , ucap beliau dengan nada mengiba.
    Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan
    ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun
    untuk itu aku harus mengorbankan diriku.
    Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya
    dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya.
    Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa
    berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran)
    sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun.
    Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali. Adikku, tante
    Lia mengakui Raihana cantik, “cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli ! kata
    tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir
    titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung
    indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang
    pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi
    usahaku selalu sia-sia.
    Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan
    datang. Duduk dipelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah
    dengan empat group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat
    Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya
    harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai.
    Rabbighfir li wa liwalidayya!
    Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena
    aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya.
    Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku.
    Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang.
    Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup
    berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang
    bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang
    lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki bulan keempat,
    rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku
    mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya
    kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak
    acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja.
    Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia,
    keberadaanku sia-sia.
    Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang
    berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab ” tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku
    belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga” Ada kekagetan yang
    kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil ‘mbak’, ” kenapa mas memanggilku mbak, aku
    kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku” tanyanya dengan guratan wajah yang sedih.
    “wallahu a’lam” jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk,
    tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, “Kalau mas tidak mencintaiku,
    tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah?
    Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak
    bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk
    membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi
    pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini”. Raihana mengiba penuh pasrah.
    Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku. Hari
    terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi
    Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku.
    Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai dirumah habis maghrib, bibirku
    pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi,
    Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku dengan
    khawatir. “Mas tidak apa-apa” tanyanya dengan perasaan kuatir. “Mas mandi dengan air
    panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih” lanjutnya. Aku melepas
    semua pakaian yang basah. “Mas airnya sudah siap” kata Raihana. Aku tak bicara sepatah
    katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah
    berdiri didepan pintu membawa handuk. “Mas aku buatkan wedang jahe” Aku diam saja.
    Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan.
    Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak
    dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. ” Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin
    diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?” Tanya Raihana sambil
    menuntunku ke kamar. “Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus
    kulakukan untuk membantu Mas”. ” Biasanya dikerokin” jawabku lirih. ” Kalau begitu kaos
    mas dilepas ya, biar Hana kerokin” sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku
    seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengerokin punggungku
    dengan sentuhan tangannya yang halus. Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku
    semangkok bubur kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat
    Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan
    khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis
    mesir titisan Cleopatra.
    Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam
    di istananya.” Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan
    denganmu” kata Ratu Cleopatra. ” Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran,
    aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu”. Aku mempersiapkan
    segalanya. Tepat pukul 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian
    pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias
    berlian.
    Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba ” Mas, bangun, sudah jam setengah
    empat, mas belum sholat Isya” kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan
    perasaan kecewa. ” Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat
    Isya” lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam.
    Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak
    suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah,
    bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.
    Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa
    tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku
    belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa
    dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.
    ” Mas, nanti sore ada acara qiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk
    ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dielukelukan
    keluarga tidak datang” Suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada
    Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan
    segelas wedang jahe.
    Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. ” Maaf..maaf jika mengganggu
    Mas, maafkan Hana,” lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang
    kerja. ” Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau
    tercekak dalam tenggorokan. ” Ya Mas!” sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan
    pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia
    dipanggil “dinda”. ” Matanya sedikit berbinar. “Te..terima kasih Di..dinda, kita berangkat
    bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah,” ucapku sambil menatap wajah Hana
    dengan senyum yang kupaksakan.
    Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya. ”
    Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan?
    Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?”.
    Hana begitu bahagia.
    Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku
    dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang
    wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya
    belum pernah. Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memakimaki
    diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini., Tapi, setetes embun cinta yang
    kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu?
    Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku
    sendiri di dunia ini.
    Acara pengajian dan qiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah
    baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga,
    disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. “
    Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga!
    Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain.
    Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku
    menangis disebut pasangan ideal.
    Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya
    dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya,
    saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang
    tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik
    meneteskan rasa bahagia.
    Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana.
    Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana
    yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak
    pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya.
    Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan
    sikapku. Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. ”
    Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku
    ingin sekali menimang cucu” kata ibuku. ” Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang
    cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?” sahut Raihana sambil menyikut lenganku,
    aku tergagap dan mengangguk sekenanya.
    Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura
    kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan
    atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku.
    Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana
    hamil. Ia semakin manis.
    Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan
    kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga
    Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya” Mana
    tanggung jawabmu!” Aku hanya diam dan mendesah sedih. ” Entahlah, betapa sulit aku
    menemukan cinta” gumamku.
    Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana
    minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan
    permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya. Karena rumah mertua jauh dari kampus
    tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal
    dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, ” Mas untuk menambah biaya kelahiran
    anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal,
    no.pinnya sama dengan tanggal pernikahan kita”.
    Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari Aku tidak bertemu
    dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja
    aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya.
    Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.
    Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan.
    Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntahmuntah,
    menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada
    Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati
    masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi
    tubuhku dengan selimut. Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun
    jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya
    dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak
    meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.
    Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat
    tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab.
    Diantaranya tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang
    dengan beliau tentang mesir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi,
    seorang dosen bahasa arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan
    satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. “Apakah kamu sudah
    menikah?” kata Pak Qalyubi. “Alhamdulillah, sudah” jawabku. ” Dengan orang mana?. ”
    Orang Jawa”. ” Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak
    saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak
    santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?”. “Pernah, alhamdulillah dia sarjana
    dan hafal Al Quran”. ” Kau sangat beruntung, tidak sepertiku”. ” Kenapa dengan Bapak?” ”
    Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu,
    tentu batinku tidak merana seperti sekarang”. ” Bagaimana itu bisa terjadi?”. “
    Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dan karena terpesona dengan
    kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, Saya seorang anak tunggal dari
    seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Disana saya bersama
    kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun
    pertama saya lulus dengan predikat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari
    Indonesia.
    Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal
    menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak
    pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis
    secantuk itu. Saya bersumpah tidak akan menikah dengan siapapun kecuali dia. Ternyata
    perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil
    membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan
    dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua.
    Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, samasama
    menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al Azhar yang hafal Al
    Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan Yasmin yang awam
    pengetahuan agamanya. Tetapi saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang
    tinggi saya berhasil menikahi Yasmin.
    Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir. Perabot rumah yang mewah,
    menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S1 saya kembali ke Medan, saya minta agar
    asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. Kami langsung membeli rumah yang
    cukup mewah di kota Medan. Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap
    tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi
    semua yang diinginkan Yasmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak
    kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta Yasmin untuk
    berhemat. Tidak setiap tahun tetapi tiga tahun sekali namun Yasmin tidak bisa.
    Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi. Sawah terakhir
    milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali
    saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai dengan
    istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya
    tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengen rendang, saya harus ke
    warung. Yasmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia.
    Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya. Jika ada
    sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun yang
    lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta Yasmin untuk menjual perhiasannya, tetapi dia tidak
    mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya.
    Sepupunya mendapat suami orang Mesir.
    Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan
    kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka
    menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin
    saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut.
    Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir
    itulah puncak tragedy yang menyakitkan. ” Aku menyesal menikah dengan orang Indonesia,
    aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir”. Kata
    Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di
    KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya
    sudah meninggal.
    Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena
    tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah
    tak satupun keluarganya yang membelaku. Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim
    surat yang berisi berita bohong.
    Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari
    Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat
    sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang”.
    Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya
    menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa
    sudah dua bualn aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati.
    Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah
    pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti
    dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala didindingnya.
    Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan
    bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan
    tabungannya.
    Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke toko baju muslim, aku ingin membelikannya
    untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia
    tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke
    kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal. Dibawah kasur
    itu kutemukan kertas Merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini,
    rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta
    istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku serong. Dengan rasa takut kubaca surat
    itu satu persatu. Dan ya Rabbii ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang
    selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya
    akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya
    Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya .. Allah, ia tetap setia
    memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya.
    Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.
    “Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh dihadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb.
    Telah muliakan hamba dengan Al Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini,
    niscaya hamba sudah terperosok kedalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curahkan tambahan
    kesabaran dalam diri hamba” tulis Raihana.
    Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa” Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda
    dan dosa kembali datang mengetuk pintumu, melabuhkan derita jiwa ini kehadirat-Mu. Ya
    Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa
    begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa
    cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku
    padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini
    cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku.
    Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya. Cukup
    hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap
    menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya.
    Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah
    rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah
    dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha
    Suci Engkau”.
    Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku
    meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan
    teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut,
    tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan
    haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angina sejuk yang turun dari langit dan merasuk
    dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang
    datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam
    hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya.
    Segera kukejar waktu untuk membagi Cintaku dengan Raihana.
    Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang
    jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan
    nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan
    menangis tersedu- sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis. ” Mana Raihana Bu?”. Ibu
    mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi.
    ” Raihana…istrimu. .istrimu dan anakmu yang dikandungnya” . ” Ada apa dengan dia”. ” Dia
    telah tiada”. ” Ibu berkata apa!”. ” Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh
    di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat.
    Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan
    kekhilafannya selama menyertaimu.
    Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan
    tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya” .
    Hatiku bergetar hebat. ” kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?”. “
    Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu
    di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang
    mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami
    tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami
    sangat sedih, Jadi Maafkanlah kami”.
    Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta
    Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika
    aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi
    kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah
    menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira.
    Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa.
    Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana.
    Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin
    Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua ……..
    Sumber :
    Buku : Pudarnya Pesona Cleopatra ( Novel Psikologi Islam Pembangun Jiwa )
    Karangan : Habiburrahman El Shirazy ( Penulis Novel best seller Ayat-ayat cinta)

    Minggu, 01 April 2012

    wanita surga


    sesungguhnya segala   kenikmatan syurga  tidaklah   dikhususkan untuk laki-laki saja sehing ga wanita tidak mendapatkannya akan tetapi syurga adalah untuk orang-orang bertaqwa, Allah I berfirman :
    ]  أُعِدَّتْ لِلْمُــتــَّقِيـْنَ [  آل عمران : 133
    “(Syurga) disediakan untuk orang-0rang yang bertaqwa” (QS Ali 'Imran : 133)
    Namun Allah telah menjadikan laki-laki terpikat dan merindukan syurga karena mengingat bidadari-bidadari dan wanita-wanita di syurga, dan yang seperti itu tidak disebutkan untuk wanita. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor :
    1.      Umumnya wanita mempunyai rasa malu dan karena inilah Allah tidak menjadikan mereka terpikat dengan apa yang mereka malu kepada-nya.
    2.            Kerinduan seorang wanita akan lelaki tidaklah seperti kerinduan se-orang laki-laki kepada wanita     sebagaimana sudah diketahui-, karenanya Allah U pun menjadikan lelaki me-rindukannya, sebagaimana sabda Rasulullah r :   
    )  مَا تـَرَكْتُ بـَعْدِيْ فِتــْنـَةً  أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ  النــِّسَاءِ ( رواه البخاري و مسلم
    ”Tidaklah ada fitnah yang aku tinggalkan sesudahku yang lebih berbahaya dari pada wanita bagi lelaki” (HSR. Bukhari dan Muslim)
    Adapun wanita, mereka pun dijadikan oleh Allah U merindukan aneka perhiasan dari jenis-jenis pakaian bagus dan permata melebihi kerindu-an lelaki akan hal itu.
    Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله berkata:  “Sesungguhnya Allah U me-nyebutkan istri untuk suami karena suamilah yang mencari mereka dan merekalah yang menginginkan wanita sehingga disebutkanlah istri-istri untuk lelaki di syurga dan  tidak menyebut  sebaliknya. Dan ini bukanlah berarti bahwa wanita di syurga tidak akan mempunyai suami. Akan tetapi mereka kelak akan mempunyai suami dari jenis manusia juga” (Al-Majmu’ Ats Tsamin (1/175))
    Keadaan-keadaan Wanita di Dunia
    1.      Mereka meninggal sebelum sem-pat menikah atau mereka meninggal setelah diceraikan suaminya dan belum sempat menikah dengan yang lain.
    Maka Allah akan menikahkan mere-ka di syurga dengan seorang lelaki dari penduduk dunia, berdasarkan sabda Rasulullah r :
    )  مَا فِي الْجَنــَّةِ مِنْ  أَعْزَبٍ  (  رواه  مسلم
    ”Di syurga tidak ada orang yang membujang (tidak mempunyai pasangan)” (HSR. Muslim)
    Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله berkata: “Apabila seseorang belum menikah –yak ni seorang  wanita- di dunia ini maka sesungguhnya Allah U akan menikah-kannya dengan siapa yang ia tertarik dengannya di syurga”
    2.      Mereka sudah menikah  akan tetapi suaminya tidak bersamanya di syurga –semoga Allah melindungi kita dari hal ini-
    Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله berkata: ”Seorang wanita apabila termasuk ahli syurga..…sedang suaminya tidak terma-suk ahli syurga maka sesungguhnya bila ia masuk
    syurga maka disana ada lelaki ahli syurga yang akan memperisteri-kannya“ maksudnya akan menikah dengan salah seorang dari mereka.
    1.Wanita yang meninggal setelah sempat menikah, maka saat di syurga ia untuk suaminya yang dahulu.
    2.Wanita yang suaminya mening-gal kemudian ia tetap tidak menikah setelah kematian suaminya hingga ia pun meninggal, maka dia tetap men-jadi isterinya di syurga.
    3.Wanita yang suaminya mening-gal dan kemudian menikah dengan yang lainnya, maka dia untuk suami yang paling terakhir walaupun sempat menikah berkali-kali, berdasarkan sabda Rasulullah r :
    )  اَلْمَرْ  أَ ةُ  ِلآخِرِ أَزْ وَاجــِهَا (  رواه  أبو علي الحراني القشيري و أبو الشيخ و البغوي
    “Wanita itu adalah untuk suami terakhirnya”. (HSR. Abu ‘Ali Al-Haraani Al-Qusyairi, Abu Syaikh dan Al-Baghawy)
    Dan berdasarkan perkataan Hudzaifah t kepada isterinya : “Jika engkau tetap ingin menjadi isteriku di syurga maka janganlah menikah dengan siapapun se-peninggalanku, sesungguhnya wanita saat di syurga adalah untuk suami terak-hirnya di dunia. Karena itulah Allah U pun mengharamkan isteri-isteri nabi untuk dinikahi oleh orang lain sepaning-galannya r, karena mereka itu kelak akan tetap menjadi isteri-isterinya di syurga.
    Wanita Adalah Penduduk Terbanyak di Neraka atau di Syurga ?
    Disebutkan dalam hadits shahih  Rasulullah r bersabda :
    )  إِنَّ   أَقَلَّ سَاكِـنِي الْجَـنَّةِ النـــِّسَاءُ ( رواه البخاري و مسلم
    “Sesungguhnya penduduk syurga yang paling sedikit jumlahnya dari golongan wanita” (HSR. Bukhari dan Muslim)
    Dan bersama itu  tedapat pula hadits shahih yang lain bahwa bagi setiap laki-laki dari ahli dunia akan mempu-nyai dua isteri (di syurga) Rasulullah I bersabda :
    )  وَلــِكُلِّ وَاحِدٍ مِنـْـهُمْ زَوْجَتـَانِ  ( رواه البخاري و مسلم
    “Dan setiap laki-laki dari mereka (ahli syurga) mendapatkan dua orang istri” (HR. Bukhari dan Muslim)
    Pada masalah diatas para ulama berbeda pendapat dalam mengga-bungkan hadits-hadits diatas yaitu apakah wanita merupakan  kebanya-kan penduduk syurga atau penduduk neraka?
          Berkata sebagian Ulama : Bahwa-sanya wanita adalah kebanyakan penduduk syurga dan juga kebanya-kan penduduk neraka karena memang jumlah mereka banyak, berkata Al Qadhi ‘Iyadh رحمه الله: ”Wanita adalah anak cucu Adam yang terbanyak” (Tharh At Tatsriib (4/270))
          Berkata sebahagian yang lain bahwasanya semula wanita adalah penduduk neraka terbanyak namun
    kemudian mereka menjadi penduduk syurga terbanyak setelah –yang muslimatnya- keluar dari neraka.
    Al Qurthuby رحمه الله  berkata dalam penjelasannya pada hadits Nabi r tentang para wanita :
    )  إِنـــِّيْ رَ أَيــْتـُكُنَّ   أَكْـثـَرَ  أَهْلِ النـَّـارِ ( رواه البخاري و مسلم
    ”Sesungguhnya aku melihat kalian seba-gai penduduk neraka terbanyak”. (HSR. Bukhari dan Muslim) ”Bahwasanya ini mungkin saat mereka menjadi penduduk neraka terbanyak. Akan tetapi setelah mereka selanjutnya keluar (dari neraka) karena syafa’at dan rahmat Allah I sehingga tidak ada yang tersisa di neraka yang berkata “Laa Ilaha Illallahu” maka wanita pun kemudian menjadi yang terbanyak di syurga” (Haadii Al Arwah li Ibnil Qayyim (Hal. 144))
    Kesimpulannya adalah hendaknya wanita berusaha untuk tidak menjadi penduduk neraka.
    Keadaan Wanita di Syurga
    1.      Apabila wanita masuk ke dalam syurga, maka Allah U akan mengem-balikan usia mudanya dan kegadisan-nya, ini berdasarkan sabda Rasulullah r :
    )  ِإنَّ الْجَنــَّةَ لاَ يــَدْخُلُهـَا عَجُوْزٌ ……إِنَّ اللهَ تـَعَالَى إِذَا أَدْخَلَهُنَّ  أَبــْكَارًا ( رواه ابو نعيم
    ”Sesungguhnya Syurga tidaklah dimasuki oleh nenek tua……sesungguhnya Allah jika memasukkan mereka ke dalam syurga (Dia I) mengembalikan mereka menjadi gadis-gadis” (HHR. Abu Nu’aim)
    1.      Disebutkan dalam beberapa atsar bahwa wanita dunia saat berada di syurga akan jauh lebih cantik melebi-hi kecantikan bidadari-bidadari syur-ga, ini karena kesungguhan mereka dalam beribadah kepada Allah U. (Tafsir Al-Qurthuby (16/154))
    2.      Ibnul Qayyim رحمه الله berkata: ”Sesungguhnya setiap orang dilarang untuk mendekati selain pasangannya saat berada disana (syurga).”
          Demikianlah, saat ini syurga tengah berhias untuk kalian wahai wanita ! Sebagaimana mereka juga tengah berhias untuk lelaki.  Allah I berfirman :
    ]  فِيْ  مَقْعـَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَـلــِـيـْكٍ مُقْتــَدِرٍ  [ 
    “Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa”. (QS. Al Qamar : 55)
    Maka berhati-hatilah kalian dari menyia-nyiakan kesempatan itu. Sesungguhnya umur ini terbatas dan pasti akan berakhir dan tidak ada setelah itu kecuali
    kekekalan. Maka jadikanlah kekekalan kalian di dalam syurga -Insya Allah-.
          Ketahuilah! sesungguhnya mahar-nya syurga adalah iman dan amal shaleh bukan angan-angan yang bathil, yang tidak pernah terwujud-kan. Rasulullah r bersabda :
    )  ِإذَا صَلَّتِ الْمَرْ  أَ ةُ  خَمْسَهَا  وَ  صَامـَتْ شَهـْرَهَا وَ حَصَـنَتْ   فَرْجَهَا وَ طَاعَتْ زَوْجَهَا, قِيـْلَ لـــَهَا : أُدْخُلِي الْجَنــَّةَ مِنْ  أَيِّ بـَابٍ شِئــْتِ  (
    ”Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa ramadhan, menjaga kesuci-annya dan mentaati suaminya, dikatakan-lah kepadanya : masuklah ke dalam syurga dari pintu mana saja yang anda inginkan”. (Shahihul Jaami’ lil Al baany (660))
    Dan tinggalkanlah sejauh-jauhnya penyeru-penyeru fitnah dan penghina-an kaum wanita yang menginginkan kerusakan kalian dan ingin menang-galkan rasa malu dari kalian serta me-malingkan kalian dari memperoleh kenikmatan syurga   
          Semoga Allah U memberikan taufik-Nya kepada wanita-wanita kaum muslimin agar mendapatkan ke-nikmatan syurga dan menjadikan mereka pemberi petunjuk yang senan-tiasa memperoleh hidayah dan men-jauhkan dari mereka syaithan-syaithan manusia dan penyeru-penye-runya yang menginginkan kerusakan mereka q